Makna puisi "Mau Makan Agama Apa"
Mau Makan Agama Apa
Karya: Setia Naka Andrian
Kamu mau makan agama apa
Agamaku hari kamis
Kamu hari apa
Apa, agamamu hari libur
Benar begitu. Kemarin ada
Yang bilang, agamamu hari senin
Jangan jangan agamamu bohong
Katanya kamu sering tidur
Lewat pukul dua belas malam
Itu agamamu atau bukan
Jangan-jangan kamu hanya meminjam
Sebentar untuk dipagari di KTP
Atau sekadar untuk syarat
Mengawini pacarmu
Hai, bukankah itu ibumu
Lihat, kenapa ibumu sering tinggal
Di agama senin. Puasanya setiap kali
Hujan es mengguyur tubuhmu
Lalu siapa yang sering meninggalkan
Tuhan dimeja makan.
Bukankah ketika itu
Zaman masih terlalu siang.
Apakah itu kamu
Apa itu hanya tanganmu saja
Lalu apa agama tanganmu
Lihat, kakimu bengkak
Sepertinya ia ingin bilang
Kalau tanganmu tak beragama
Lalu bagaimana hubungan tangan
dan kakimu saat ini.
Apakah mereka sudah cerai
Sibuk apa tangan dan kakimu sekarang
Bukankah mereka anak-anakmu
Lihat, perutmu membuncit.
Kedua matamu bergeser menyumbat telinga
Apa yang terjadi dengan agamamu
Kamu sudah makan berapa agama
Lihatlah, keningmu kekenyangan
Matamu menunjukkan agama hari sabtu
Tapi kamu masih saja membela diri
Masih kerja keras kepala beragama hari libur
Apa kamu nggak malu
Lihatlah, ada lagi agama akhir pekan
Yang dikirim pelan-pelan
Dari leher agama tetanggamu.
Katanya, agama itu jelmaan
Dari agama sabtu dan minggu
Apa kamu masih belum mau mengaku
Apa, kamu masih saja membedakan
Hari libur dan hari minggu.
Bukankah keduanya sama-sama
Membuatmu menyayangi
Dan memperpanjang doa.
Sudahlah, kalau masih saja ngeyel
Ibumu akan menangis
Sambil memanjang usia agamanya
Didinding kamarmu.
Hingga suatu saat, semua agama
Di tubuhmu akan bunuh diri.
Makna inti dari puisi diatas:
Setiap agama itu mempunyai hak dan kewajiban.
Oleh sebab itu, setiap orang yang beragama haruslah ditaati dan dijalankan dengan sungguh sungguh.
Setiap manusia harus bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dan dalam beragama tidak boleh dibuat main-main.
Setiap agama mempunyai masing-masing cara beribadahnya.
Jika seseorang telah mempunyai agama tersendiri.
Tidaklah pantas meniru agama orang lain.
Buat apa meniru agama orang lain sedangkan kau mempunyai agama tersendiri.
Janganlah membedakan antara agamamu dengan agama orang lain.
Jika masih tidak mendengarkan nasihat tersebut Tuhan-Mu akan bersedih.
Makna inti dari puisi diatas:
Setiap agama itu mempunyai hak dan kewajiban.
Oleh sebab itu, setiap orang yang beragama haruslah ditaati dan dijalankan dengan sungguh sungguh.
Setiap manusia harus bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dan dalam beragama tidak boleh dibuat main-main.
Setiap agama mempunyai masing-masing cara beribadahnya.
Jika seseorang telah mempunyai agama tersendiri.
Tidaklah pantas meniru agama orang lain.
Buat apa meniru agama orang lain sedangkan kau mempunyai agama tersendiri.
Janganlah membedakan antara agamamu dengan agama orang lain.
Jika masih tidak mendengarkan nasihat tersebut Tuhan-Mu akan bersedih.