Rabu, 04 April 2018

Makna puisi "Mau Makan Agama Apa" 

Mau Makan Agama Apa
Karya: Setia Naka Andrian 

Kamu mau makan agama apa
Agamaku hari kamis
Kamu hari apa

Apa, agamamu hari libur 
Benar begitu. Kemarin ada
Yang bilang, agamamu hari senin
Jangan jangan agamamu bohong

Katanya kamu sering tidur 
Lewat pukul dua belas malam
Itu agamamu atau bukan

Jangan-jangan kamu hanya meminjam
Sebentar untuk dipagari di KTP
Atau sekadar untuk syarat
Mengawini pacarmu

Hai, bukankah itu ibumu 
Lihat, kenapa ibumu sering tinggal
Di agama senin. Puasanya setiap kali 
Hujan es mengguyur tubuhmu 

Lalu siapa yang sering meninggalkan 
Tuhan dimeja makan. 
Bukankah ketika itu
Zaman masih terlalu siang. 
Apakah itu kamu

Apa itu hanya tanganmu saja
Lalu apa agama tanganmu
Lihat, kakimu bengkak
Sepertinya ia ingin bilang
Kalau tanganmu tak beragama

Lalu bagaimana hubungan tangan
dan kakimu saat ini. 
Apakah mereka sudah cerai
Sibuk apa tangan dan kakimu sekarang 
Bukankah mereka anak-anakmu

Lihat, perutmu membuncit.
Kedua matamu bergeser menyumbat telinga
Apa yang terjadi dengan agamamu
Kamu sudah makan berapa agama
Lihatlah, keningmu kekenyangan
Matamu menunjukkan agama hari sabtu 
Tapi kamu masih saja membela diri
Masih kerja keras kepala beragama hari libur 

Apa kamu nggak malu
Lihatlah, ada lagi agama akhir pekan
Yang dikirim pelan-pelan
Dari leher agama tetanggamu. 
Katanya, agama itu jelmaan
Dari agama sabtu dan minggu

Apa kamu masih belum mau mengaku
Apa, kamu masih saja membedakan
Hari libur dan hari minggu. 
Bukankah keduanya sama-sama 
Membuatmu menyayangi 
Dan memperpanjang doa. 

Sudahlah, kalau masih saja ngeyel
Ibumu akan menangis
Sambil memanjang usia agamanya
Didinding kamarmu. 
Hingga suatu saat, semua agama
Di tubuhmu akan bunuh diri.


Makna inti dari puisi diatas:


Setiap agama itu mempunyai hak dan kewajiban.
Oleh sebab itu, setiap orang yang beragama haruslah ditaati dan dijalankan dengan sungguh sungguh.
Setiap manusia harus bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dan dalam beragama tidak boleh dibuat main-main.
Setiap agama mempunyai masing-masing cara beribadahnya.
Jika seseorang telah mempunyai agama tersendiri.
Tidaklah pantas meniru agama orang lain.
Buat apa meniru agama orang lain sedangkan kau mempunyai agama tersendiri.
Janganlah membedakan antara agamamu dengan agama orang lain.
Jika masih tidak mendengarkan nasihat tersebut Tuhan-Mu akan bersedih.



Rabu, 21 Maret 2018

Hari/tanggal : kamis, 8 maret 2018
Tempat          : GP 7 Universitas PGRI Semarang
Pukul              : sesi pertama : 16.00 WIB
                          Sesi kedua     : 19.00 WIB

Diselenggarakan musikalisasi puisi dan juga drama yang dimainkan oleh mahasiswa/I universitas PGRI Semarang, dengan judul "Perang di Taman" Karya Taufik Ismail. Acara tersebut dilaksanakan pada pukul 16.00, dan sesi kedua dilaksanakan pada pukul 19.00 di Auditorium  Gedung Pusat lt.7 Universitas PGRI Semarang.
Musikalisasi puisi ditentukan oleh sebuah grup yang bernama paradoks. Musikalisasi puisi juga mempersembahkan 4 puisi yang berbeda dan beserta pengurangan. Puisi yang pertama berjudul "Membaca dan Tanda-tanda"  dari Taufik Ismail. Inti dari puisi tersebut adalah rusaknya bumi karena ulah manusia serta ada penjelasannya pula bahwa manusia melestarikan lingkungan agar tidak rusak.
Puisi kedua berjudul "Gerilya" dari W.S Rendra, puisi tersebut mengandung makna bahwa pemuda yang mempunyai kekasih yang sangat dicintainya tetapi ada sesuatu yang harus terpaksa untuk meninggalkan kekasih yng sangat dicintainya.
Puisi ketiga dengan judul "Kota dan Kehilangan" dari Setia Naka Adrian. Inti dari puisi ini adalah penderitaan seseorang yang kehilangan kekasihnya disebuah kota.
Puisi keempat berjudul " Uluran Tangan Angin Tropis" dari Setia Naka Adrian. Setelah pementasan musikalisasi puisi dilanjutkan dengan pementasan drama yang berjudul "Perang di Taman". Drama ini mengisahkan tentang masyarakat zaman sekarang yang egois dan selalu membuat berita yang tidak benar.
Sekian ringkasan yang dapat saya uraian.
Terimakasih.